Para pembicara yang akan hadir di antaranya adalah Arswendo Atmowiloto, Seno Gumira Aji Darma, Agus Aris Munandar, Langit Kresna Hariadi, Fendi Siregar dan Romo Mudji Sutrisno. Ia berharap kegiatan ini dapat berlangsung setiap tahun agar para penulis cerita silat dan sejarah nusantara memiliki wadah untuk berkumpul dan dapat semakin memasyarakatkan karyanya.
"Berangkat dari minat dan pandangan yang sama, kami berharap BWCF mampu memberikan warna baru dalam dunia cerita," ujar Yoeke. Terdapat sekitar seratus penulis yang sudah menerbitkan novel dan buku kajian berlatar belakang sejarah nusantara. Dengan adanya forum musyawarah ini, diharapkan para penulis dapat bertemu dan berdiskusi satu dengan lainnya.
Selain dihadiri para penulis profesional sebagai pembicara dan peserta aktif, pergelaran ini aka dihadiri setidaknya 150 orang peserta biasa yang terdiri dari para penulis sastra, pengamat budaya, seniman dan penggiat budaya serta sejarah.
"Banyak peluang untuk menulis tentang sejarah Indonesia baik itu sejarahislam, sejarah Jawa ataupun sejarah nusantara. Indonesia kaya akan cerita dan budaya yang bisa dikembangkan," terang arkeolog Agus Aris Munandar. Hanya saja hal ini terbatas pada kurangnya data mengenai latar belakang sejarah. Namun menurut Agus, hal ini bukanlah halangan karena banyak fiksi yang bisa dikembangkan.
Romo Mudji Sutrisno mengatakan di zaman sekarang yang serba digital, keberadaan tulisan masih sangat dibutuhkan. Dalam beberapa tahun terakhir, banyak bermunculan prosa berupa novel-novel bertema silat dan sejarah nusantara. Novel-novel itu pada umumnya diciptakan para pengarang baru yang selama ini belum dikenal publik. (*/X-13)
Posting Komentar