PELAKU bisnis butuh biaya tambahan untuk memproteksi perusahaan mereka dari ancaman siber. Lembaga riset pemasaran B2B International mengatakan ancaman tersebut merupakan risiko paling berbahaya nomor dua bagi perusahaan.
Hasil studi B2B International untuk Kaspersky Lab yang berjudul Global Information Technology (IT) Security Risks mengemukakan para profesional teknologi informasi (TI) sangat menyadari adanya bahaya kejahatan siber.
Namun hanya 59% responden yang merasa bahwa mereka kurang lebih siap menghadapi bahaya ini. Hasil survei juga memperlihatkan masalah utama terkait persiapan, atau ketidaksiapan dalam menghadapi bahaya ini adalah karena biaya.
Kemudian, sekitar 44% responden dari total 3.300 responden dari 22 negara di seluruh dunia mengindikasikan hambatan bujet dan 37% menunjukkan kesalahpahaman mengenai masalah keamanan TI di antara para pemimpin atau pengambil keputusan.
Selain itu, ternyata masalah utama profesional TI adalah ketidakmampuan mereka meyakinkan jajaran manajemen pentingnya perlindungan perusahaan dalam melawan ancaman cyber. Ancaman siber saat ini juga dinilai semakin beragam.
Mereka, antara lain yang berupa malware, email sampah, dan peretasan dikhawatirkan oleh para perusahaan dalam dua tahun mendatang bisa melampaui permasalahan ekonomi.
Chief Marketing Officer Kaspersky Lab Alexander Erofeev mengatakan saat ini makin banyak karyawan perusahaan yang menggunakan internet untuk berbagi informasi, sehingga membuka kesempatan kepada ancaman tersebut untuk masuk ke dalam lingkungan mereka.
''Perusahaan modern umumnya mengandalkan infrastruktur dari ribuan perangkat, seperti dekstop, bahkan juga gadget para karyawan, smartphone perusahaan dan laptop. Hal ini memberikan fleksibilitas pekerjaan sekaligus membuat jaringan perusahaan lebih rentan terhadap kejahatan siber
Posting Komentar